oleh

Dampak Limbah Elektronik Pada Anak Anak di Indonesia: Tantangan dan Strategi Adaptasi

KORANMAKASSAR.COM — Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, dampak dari limbah elektronik atau e-waste semakin menjadi perhatian global. Di Indonesia, negara dengan populasi yang besar dan pertumbuhan teknologi yang cepat, serta tingkat konsumtif tinggi menempati posisi teratas sebagai penghasil limbah elektronik terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2015 dengan 812.000-ton limbah elektronik. Diikuti oleh Vietnam (45.000 ton) dan Malaysia (243.000 ton), yang berada di peringkat berikutnya. Hal tersebut menjadikannya sebagai salah satu negara dengan produksi e-waste tertinggi di Asia Tenggara.

Dalam konteks ini, anak-anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap dampaknya yang terus berkembang.  Persoalan limbah tidak hanya memberikan ancaman langsung terhadap lingkungan fisik, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan fisik dan mental anak-anak, bagaimana adaptasi dan ketahanan anak Indonesia?

Gempuran limbah produk-produk teknologi di Indonesia yang timbulannya terus meningkat dengan beberapa komponen utama seperti jenis Logam Timah (Pb), Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Chromium (Cr), Barium (Ba), Emas (Au), Perak (Ag), Palladium (Pd), dan beberapa bahan berbahaya Lainnya seperti Brominated Flame Retardants (BFRs), Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Polyethylene Terephthalate (PET), sadar atau tidak semakin menyasar anak-anak sebagai Generasi Emas masa depan bangsa. Pendekatan holistic serta penanganan sampah elektronik membutuhkan keseriusan serta komitmen para pihak. Pusaran dampak e-waste adalah isu mendesak dan menjadi penting disikapi bagi para pihak untuk melindungi masa depan mereka dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

INDONESIA DAN LIMBAH ELEKTRONIK (E-WASTE)

Merujuk pada The International Telecommunication Union, sampah elektronik atau yang dikenal juga dengan e-waste mengacu pada berbagai item yang berkaitan dengan peralatan listrik dan elektronik (electrical and electronic equipment/EEE) yang telah dibuang oleh pemiliknya dan tidak ada maksud untuk digunakan kembali (Step Initiative, 2014). Oleh karena itu, sampah elektronik atau e-waste sering juga disebut sebagai WEEE (Waste Electrical and Electronic Equipment)

Berdasarkan pada PP No. 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik, sampah elektronik merupakan golongan sampah yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun atau B3 yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia apabila pengelolaannya dilakukan tidak sesuai prosedur tata Kelola dengan baik dan benar. Melansir Global E-waste Monitor 2020, Indonesia menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah elektronik setiap tahunnya, dan timbulannya diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi elektronik. Sampah elektronik (e-waste) di Indonesia telah menjadi ancaman signifikan bagi kesehatan anak-anak, terutama di kota-kota besar.

Tahun 2021, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan jumlah timbunan sampah elektronik mencapai 2 juta ton pada 2021. Pulau Jawa tercatat dengan jumlah sampah elektronik terbesar, sebanyak 56% dari total sampah elektronik, lalu 22 persen dari Pulau Sumatera.

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa bahwa anak-anak yang tinggal dekat dengan tempat pembuangan e-waste memiliki kadar logam berat dalam darah yang lebih tinggi, seperti timbal dan merkuri, yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis dan gangguan perkembangan.  Dari data yang ada, anak-anak Di Kota Surabaya yang tinggal di dekat tempat pembuangan e-waste memiliki kadar timbal dalam darah mereka yang mencapai 10-20 µg/dL, jauh di atas batas aman yang direkomendasikan oleh WHO (5 µg/dL)

Sementara itu, Kota Makassar, sekitar 30% dari anak-anak yang tinggal dekat dengan fasilitas daur ulang e-waste informal mengalami gejala keracunan logam berat, seperti sakit kepala kronis dan gangguan perkembangan​. Di Jakarta, terdapat peningkatan 15% dalam kasus gangguan pernapasan dan neurologis pada anak-anak antara tahun 2019 dan 2023​

baca juga : Dari Ide Menjadi Tulisan: Seni dan Proses Menulis Kreatif

BERBAGI BERPERAN MENJAGA GENERASI EMAS MASA DEPAN

Melalui upaya bersama, kemampuan adaptasi dan ketahanan anak-anak terhadap ancaman kesehatan yang ditimbulkan sampah elektronik dapat ditingkatkan.  Edukasi yang berkelanjutan dan peningkatan fasilitas pengelolaan lingkungan merupakan kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

  • Pemerintah: Regulasi dan Kebijakan: Merumuskan dan menegakkan regulasi yang mengatur pengelolaan e-waste secara aman dan berkelanjutan. Ini termasuk peraturan tentang pembuangan, daur ulang, dan pengumpulan e-waste. Membangun dan menyediakan infrastruktur untuk pengumpulan dan pengelolaan e-waste, seperti pusat daur ulang dan bank e-waste. Mengintegrasikan materi tentang bahaya e-waste dan pengelolaannya ke dalam kurikulum pendidikan nasional, serta mengadakan kampanye kesadaran publik secara luas.

Non-Governmental Organizations (NGO): Peran aktif dalam melakukan edukasi masyarakat mengenai dampak perubahan iklim dan pentingnya pengelolaan sampah.

  • Dengan bekerja sama sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini dan mengajarkan praktik daur ulang yang aman.
  • Sektor Swasta Bisnis: Perusahaan teknologi dan elektronik di Indonesia juga mulai terlibat dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada pengelolaan e-waste. Mereka menyediakan fasilitas pengumpulan e-waste dan mendukung inisiatif daur ulang.
  • Akademisi: Melakukan penelitian untuk menemukan metode baru dalam pengelolaan e-waste yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta memahami dampaknya terhadap kesehatan anak-anak. Pengembangan kurikulum dengan memasukkan isu e-waste sebagai bagian penting dari pendidikan anak-anak, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Penyelenggaraan pelatihan bagi guru agar mereka mampu mengajarkan dan menyampaikan informasi tentang e-waste dengan efektif kepada siswa.
  • Media: Kampanye kesadaran publik dengan mengikut sertakan tokoh public, influencer yang berfokus pada dampak e-waste terhadap lingkungan dan kesehatan anak-anak, serta cara pengelolaan yang benar. Pemberitaan dan Edukasi dengan konten edukatif yang menjelaskan isu e-waste dan solusinya melalui berbagai platform, termasuk televisi, radio, dan media sosial.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN

Mengatasi pengaruh dampak dari e-waste terhadap anak-anak, berbagai langkah konsisten disertai dengan komitmen yang kuat dapat dilakukan, diantaranya:

  • Peningkatan Pengelolaan Sampah Elektronik: Pemerintah dan sektor swasta perlu meningkatkan sistem pengelolaan e-waste yang aman dan efektif. program daur ulang yang aman dan fasilitas pengolahan e-waste yang memadai harus diperluas.
  • Kebijakan Perlindungan Lingkungan yang Lebih Ketat: Pemerintah perlu memperkuat regulasi lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Implementasi kebijakan hijau yang efektif dapat membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
  • Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran di kalangan anak-anak dan masyarakat tentang dampak e-waste sangat penting. Program pendidikan lingkungan di sekolah dan kampanye publik dapat memainkan peran penting dalam mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran.
  • Perlindungan Sosial: Pemerintah harus menyediakan perlindungan sosial dan dukungan kesehatan bagi anak-anak yang terkena dampak e-waste. Layanan kesehatan yang memadai, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin dan penanganan khusus untuk anak-anak yang terpapar bahan kimia berbahaya, harus disediakan.
  • Implementasi Kolaboratif: Menginisiasi program sekolah hijau yang melibatkan berbagai pihak dalam aktivitas pengelolaan e-waste. Anak-anak dapat diajarkan untuk mengumpulkan dan mendaur ulang perangkat elektronik lama sebagai bagian dari kegiatan sekolah. Mengembangkan aplikasi atau platform digital yang memfasilitasi pengumpulan e-waste dan edukasi bagi anak-anak dan orang tua.

KESIMPULAN

  • Perlindungan terhadap anak-anak dari dampak sampah elektronik harus menjadi prioritas nasional. Pendekatan holistik yang melibatkan regulasi ketat, peningkatan fasilitas pengelolaan limbah, edukasi masyarakat, dan program-program kesehatan akan sangat membantu dalam mengurangi risiko yang dihadapi oleh anak-anak. Ketahanan anak-anak di Indonesia dalam menghadapi krisis sampah elektronik sangat tergantung pada langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
  • Dengan meningkatkan pengelolaan sampah elektronik (e-waste) yang aman dan efektif, memperkuat kebijakan lingkungan, serta meningkatkan pendidikan dan kesadaran, kita dapat melindungi generasi mendatang dari dampak buruk lingkungan yang mengancam kesehatan dan masa depan mereka. Kerjasama dan komitmen yang kuat diperlukan untuk memastikan bahwa anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.

Penuis : Adham (Pemerhati investasi Sosial Masyarakat dan Pengembangan Komunitas)

[1] https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/07/21/menelusuri-lanskap-limbah-elektronik-di-asia-tenggara, diakses 15 Mei 2024

[1] https://waste4change.com/blog/sampah-elektronik-pengertian-hingga-dampak-bagi-lingkungan/, diakses 15 Mei 2024

[1] Sumber: UNICEF

[1] Sumber: UNICEF