-000-
Pilkada Banten baru bisa terjawab oleh Quick Count. Itu terjadi ketika data masuk sudah di atas 90 persen, setelah pukul 16.00 WIB.
Ketika Quick Count di Banten selesai dihitung (93 persen data masuk), hasilnya seperti gempa: Andra Soni mengalahkan Airin dengan 55,3% vs 44,7%.
Dinasti Atut yang berakar di Banten runtuh oleh strategi Andra yang efektif dan momentum akhir yang kuat.
Pesan-pesan masuk ke ponsel saya, penuh keterkejutan:
“Dinasti Atut kok bisa tumbang, ya Bro?”
“Hebat kali ini calon Gerindra. Bisa mereka kalahkan Airin yang begitu populer, ya Bro?”
Tapi Quick Count pun tak memberi kejelasan mengenai pemenang final Pilkada Jakarta.
Padahal pada pukul 17.00 WIB, data Quick Count untuk Pilkada Jakarta telah mencapai 99 persen. Pramono Anung-Rano Karno memperoleh 49,9 persen suara. Unggul jauh dari Ridwan Kamil-Siswono, tetapi belum mencapai ambang batas 50%+1 yang diperlukan untuk memenangkan satu putaran.
Di tengah margin of error 1 persen, jika Quick Count-nya 49,9 persen, perolehan real Pramono-Rano berada di rentang 48,9 persen hingga 50,9 persen.
Ini berarti mereka mungkin menang satu putaran, atau mungkin tidak. Hanya real count KPU yang dapat memastikan.
Hari setelah Pilkada, masing-masing kubu mulai memainkan narasi. Tim Pramono-Rano menggelar konferensi pers, mengklaim telah menang satu putaran dengan perolehan 50,07 persen.
Sementara itu, tim Ridwan Kamil-Siswono mengklaim sebaliknya. Mereka menyebut bahwa Pramono-Rano hanya memperoleh 49,28 persen, sehingga Pilkada harus dilanjutkan ke putaran kedua.
Real Count KPU, paling lambat 12 Desember 2024, akan memutuskan. Quick Count tak lagi bisa memprediksi secara bertanggung jawab.
“Seperti layar lebar yang sudah merampungkan cerita di semua daerah, Jakarta tetap menyisakan adegan terakhir, menunggu Real Count KPU sebagai sutradara yang menutup babak final pada 12 Desember 2024 nanti.”
Baca Juga : Selisih Quick Count LSI Denny JA Dengan KPU 2024, 0,07%
-000-
Pertanyaan lain lahir tak kalah menghentak: Mengapa Ridwan Kamil yang diendorse oleh Jokowi dan Prabowo kalah di Jakarta? Apakah pengaruh kedua tokoh besar ini mulai pudar?
Jawabannya, yang menentukan kemenangan itu bukan endorsement, melainkan bekerjanya mesin politik.
Pada hari-hari terakhir, mesin politik pendukung Jokowi lebih fokus ke Jawa Tengah. Di sana, calon gubernur dukungan Jokowi mengalahkan kandidat PDIP di kandang banteng dengan selisih yang signifikan, di atas 10 persen.
Mesin itu bekerja luar biasa efektif, menggeser prediksi survei yang sebelumnya menunjukkan kemenangan tipis bagi cagub PDIP (dalam batas margin of error, survei Kompas dan SMRC).
Begitu pula di Banten. Mesin politik pendukung Prabowo lebih terkonsentrasi di sana, membantu kemenangan Andra Soni dengan margin yang besar.
Ini juga berujung pada hasil yang spektakuler. Di aneka survei sebelumnya, Airin unggul cukup jauh. Tapi di hari pencoblosan, hasilnya berbalik. Ini pasti kerja mesin politik yang perkasa.
Jika Pilkada Jakarta berlanjut ke putaran kedua, mesin politik Jokowi dan Prabowo potensial sepenuhnya diarahkan ke Jakarta. Ini akan menciptakan tantangan besar bagi Pramono-Rano.
“Mesin politik adalah arus bawah samudra; ia bisa tak terlihat di permukaan, tapi kekuatannya mampu mengubah arah kapal. Jika Jakarta menuju putaran kedua, arus ini akan menyulitkan Pramono-Rano.”
Tapi jika Pilkada Jakarta hanya satu putaran, atau dua putaran tapi dimenangkan oleh cagub PDIP, Pramono-Rano, maka politik nasional akan lebih dinamis.
PDIP selaku partai oposisi, juga Anies Baswedan, menemukan basis teritori yang strategis untuk ekspos politik berikutnya, termasuk untuk Pilpres 2029.
CATATAN:
1. Meme tentang pemenang pilkada 2024, yang dipublikasi sebelum jam 15.00 WIB, bisa dilihat di FB Denny J.A’s World
https://www.facebook.com/share/p/156C4b1pYS/?mibextid=WC7FNe
oleh Denny JA