oleh

Pedagang Pasar Sentral Makassar Diantara Himpitan Pandemi dan Perkembangan Teknologi

MAKASSAR, KORANMAKASSAR.COM — Kondisi perdagangan tekstil di pasar Sentral Makassar atau lebih dikenal dengan sebutan Makassar Mall yang kini bernama New Makassar Mall Pasca para pedagang menempati bangunan baru di akhir tahun 2017 setelah sebelumnya lapak-lapak penampungan pasca kebarakaran hebat yang terjadi pada tanggal 7 Mei 2014 dibongkar guna mengembalikan fungsi jalan di sekitar pasar Sentral memiliki dinamika dengan masalah-masalah yang kompleks.

Pada saat awal bangunan baru tersebut beroperasi jumlah pengunjung terbilang sangat sedikit dikarenakan pelanggan dari para pedagang pasar Sentral harus kembali melakukan observasi dengan letak-letak toko langganannya serta diperparah lagi dengan adanya material sisa-sisa pembongkaran yang masih banyak disekitar gedung menimbulkan debu dan bertebaran dimana-mana mengakibatkan para konsumen masih enggan untuk datang berbelanja.

Belum lagi kondisi pasar stabil seperti sediakala seperti saat sebelum kebakaran terjadi, muncul masalah baru dimana di akhir tahun 2019 wabah Covid 19 yang terjadi di China menular ke Indonesia di awal tahun 2020 dan berdampak terpukulnya semua sektor-sektor kehidupan terutama sektor ekonomi dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah guna menanggulangi wabah agar tidak semakin meluas melalui penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berjilid-jilid dan berlevel-level betul-betul hampir membunuh ekonomi masyarakat dikarenakan beberapa bulan di awal pandemi bukan saja pendapat para pedangan tersebut menurut bahkan ada yang pendapatannya hilang sama sekali.

Pasar Sentral Makassar

Dituturkan oleh beberapa pedagang yang enggan disebutkan namanya bahwa masa awal pandemi kadang dalam satu hari belum tentu ada barang yang terjual bahkan dalam sebulan mungkin cuma 3 sampai 5 lembar saja barang yang terjual sedangkan di satu sisi kebutuhan harian tetap harus terpenuhi bahkan biaya hidup bisa dikata makin meningkat disebabkan ada pos-pos pengeluaran tambahan semisal pembelian hand sanitizer, masker, suplemen penjaga imun tubuh dan lain-lain yang harga saat itu juga melonjak dengan cepat oleh permainan beberapa spekulan yang memanfaatkan situasi.

Didalam pelaksanaan Pembatasan pergerakan masyarakat yang diterapkan pemerintah, masyarakat masih bisa bernafas lega sedikit oleh karena distribusi barang masih bisa bergerak sebab jenis transportasi pengangkutan barang masih diperbolehkan beroperasi jadi hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh pedagang dan konsumen dengan mengubah motode penjualan dari direct selling ke online selling dengan memanfaatkan teknologi melalui sosial media baik itu Facebook, whatsapp, instagram dan beberapa E-comercial untuk tetap bertahan ditengah situasi ekonomi yang tidak menentu saat itu walaupun omset tetap menurut diakibatkan daya beli masyarakat yang juga menurun tetapi sedikit tidaknya sudah bisa menutupi biaya hidup sehari-hari, cara berbelanja konsumen dalam masa pandemi dipaksa berubah dari transaksi tatap muka di pasar menjadi transaksi secara online tersebut lambat laun menjadi kebiasaan masyarakat baik pada transaksi pembelian grosir maupun eceran.

Setelah pembatasan agak dilonggarkan dan sedikit demi sedikit kehidupan masyarakat sudah mulai normal kebiasaan berbelanja secara online masyarakat sudah tidak berubah dan itu berefek pada transaksi langsung di pasar mulai berkurang dan berdampak beberapa pasar terlihat sepi terutama di pasar Sentral Makassar, menurut salah seorang pedagang penurunan omset sangat drastis banding sebelum kebakaran bahkan sewaktu masih dilapak penampungan dengan saat ini, kalau dulu waktu di penampungan atau sebelum terbakar omset harian bisa mencapai 10 juta sampai 50 juta rupiah per hari tergantung dari besar kecilnya basis pelanggan tetap tapi kalau sekarang paling bisa omset harian 5 juta sampai 20 juta rupiah  tergantung dari besar kecilnya basis pelanggan tetap menurut ibu kiki pemilik dari Toko Fira Fadhil yang menempati Blok B di lantai Dasar, hal demikian menurutnya dampak dari penjualan langsung dipasar berkurang akibat dari jumlah pengunjung pasar yang sedikit jadi pedangan sisa mengandalkan langganan tetap dari daerah luar kota Makassar yang paling datang berbelanja sekali dalam seminggu atau dua minggu ataupun melakukan orderan barang secara online via whatsapp.

baca juga : Polres Pelabuhan Makassar Bersama Toko Sejahtera Gelar Vaksinasi di Pasar Sentral

Penurunan animo masyarakat untuk langsung berbelanja dipasar karena dipengaruhi tren belanja online diperparah lagi dengan sarana dan prasarana penunjang yang ada di pasar sentral Makassar tidak memadai sebagai pusat perbelanjaan yang memiliki tag line “Pusat Perbelanjaan terbesar dan terlengkap di kawasan Indonesia timur“, dari pantauan langsung penulis terlihat bahwa blower atau kipas pendingin udara yang ada tidak semua difungsikan membuat udara didalam gedung terasa panas dan pengap sehingga membuat pengunjung gerah dan tidak betah berlama-lama di dalam bangunan pasar serta menurut salah satu pengunjung yang berasal dari Kabupaten sidrap mengatakan toiletnya banyak genangan air karena lantai yang tidak rata, banyak pintu toilet yang rusak serta sering airnya tidak mengalir, selain itu banyaknya lodz-lodz pasar yang dibiarkan kosong oleh pemiliknya semakin membuat pasar terlihat sepi oleh karena lodz-lodz tersebut banyak dimiliki oleh orang yang bukan pedagang pasar Sentral yang mencoba peruntungan berinvestasi di lodz pasar dengan cara  membeli lodz guna disewakan atau dikontrakkan kembali.

Para pedagang pasar Sentral Makassar berharap ada kerjasama antara pemerintah kota sebagai pemilik aset dan pihak pengelola dalam hal ini PT. Melati Tunggal Inti Raya untuk membuat solusi agar pasar bisa kembali ramai sehingga menguntungkan semua pihak hingga keberadaan pasar Sentral sebagai ikon ekonomi kota Makassar tidak hilang tergerus zaman.

Laporan : Sriyanto Nurdin