oleh

Denny JA: 90 Hari Jelang Pilpres 2024, Yang Meroket dan Yang Terjungkal

-𝟎𝟎𝟎-

𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐 : 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐩𝐚 𝐆𝐚𝐧𝐣𝐚𝐫 – 𝐌𝐚𝐡𝐟𝐮𝐝 𝐣𝐮𝐬𝐭𝐫𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐨𝐬𝐨𝐭 𝐭𝐚𝐣𝐚𝐦?

Minimal terdapat empat hal yang bisa menjelaskan hal ini.

Pertama: blunder kubu Ganjar (PDIP). Semakin menyerang Jokowi, semakin pendukung Jokowi pergi dari Ganjar.

Kubu Ganjar agaknya tak menyadari. Mayoritas pemilih Ganjar itu adalah mereka yang menyukai dan mengidolakan Jokowi. Dengan kubu Ganjar dan PDIP, juga simpatisannya menyerang Jokowi, justru membuat pendukung Jokowi di Ganjar – Mahfud pergi dan pindah mendukung pasangan Capres-Cawapres lain.

Itu blunder terbesar kubu Ganjar yang tak menyadari efek Jokowi bagi elektabilitas Ganjar- Mahfud.

Pada bulan Oktober 2023, pemilih yang puas terhadap Jokowi yang memilih Ganjar – Mahfud sebesar 39.4%. Saat ini bulan November 2023, pemilih yang puas terhadap Jokowi yang memilih Ganjar – Mahfud sebesar 31.9%. Terdapat penurunan sebesar 7.5%.

Kedua: basis Ganjar di Jawa Tengah semakin direbut Gibran. Pada bulan Oktober 2023, pemilih Ganjar – Mahfud di Jawa Tengah sebesar 70.1%. Saat ini, November 2023, pemilih Ganjar – Mahfud sebesar 61.8%. Di sisi sebaliknya, terdapat kenaikan dukungan untuk Prabowo – Gibran di Jawa Tengah.

Pada Oktober 2023, elektabilitas Prabowo – Gibran di Jawa Tengah sebesar 10.7%. Saat ini di bulan November 2023, elektabilitas Prabowo – Gibran mengalami kenaikan signifikan menjadi 24.6%.

Jawa Tengah adalah basis terbesar suara Ganjar. Tapi ketika menang Pilkada di Jateng tahun 2018, dukungan pada Ganjar hanya 58,78 persen. Sementara Jokowi menang di Jawa Tengah pada Pilpres 2019 sebesar 77,29 persen.

Jokowi lebih populer dan mengakar di Jawa Tengah dibandingkan Ganjar. Gibran dapat merepresentasikan Jokowi lebih kuat dibandingkan Ganjar di Jawa Tengah. Kini secara perlahan, Gibran sudah mulai mengikis suara Ganjar di Jawa Tengah.

Ketiga: 10 tahun di bawah kepemimpinan Ganjar, Jawa Tengah masih menjadi provinsi termiskin kedua di pulau Jawa.

Jejak Ganjar soal kemiskinan di Jawa tengah di bawah kepemimpinannya menjadi percakapan publik. Di saat yang bersamaan, lebih dari 60 persen publik menyatakan bahwa isu ekonomi merupakan isu yang paling penting.

Keempat: Isu Ganjar sebagai petugas partai tetap mengganggu citra seberapa kokoh ia menjadi presiden, yang mandiri. Jika presiden menjadi petugas partai, dikhawatirkan Ganjar hanya menjadi boneka Megawati, dan kebijakan negara hanya menjalankan kepentingan partai yang menugaskannya.

Data menunjukkan semakin banyak publik yang mengetahui Ganjar hanyalah petugas partai. Di bulan Agustus 2023, yang tahu Ganjar petugas partai sebanyak 28,9%. Kini di bulan Nov 2023, yang tahu menaik hingga 40,6%.